Filsafat Dari Status


FILSAFAT SATUS

(JAGONGAN MAS KUMITIR DAN WONGALUS TENTANG BATARA KALA DAN RAJAH KALACAKRA)
Kami bertemu di sebuah tempat umum yang terletak di tengah alun-alun kota Sidoarjo yang asri. Sejak lama kami berteman dan ngobrol sana sini, termasuk obrolan di pagi itu…
WONGALUS: Upacara Ruwatan adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa yang sudah terkenal. Di upacara itu dilakukan matek aji mantra rajah kalacakra oleh dalang ruwat. Selain isi aji rajah kalacaakra yang sudah banyak disebutkan di banyak kajian budaya ada banyak makna di dalam upacara tersebut.
MAS KUMITIR: Batara kala melambangkan kesalahpahaman atas makna waktu, lahir sebagai kama salah, salah netes justeru ketika batara guru ayahnya tidak mendapat pelayanan dari Dewi Uma, isteri dan spermanya menetes ke laut dan menjadi raksasa, bernama Batara Kala. Karena Dewi Uma yang tidak bersedia memenuhi hasrat Batara Guru, maka Batara Guru mengutuknya menjadi BATARI DURGA. Batari Durga ini kemudian diperisteri oleh BATARA KALA.
WONGALUS: Wah, ibu diperisteri oleh anak? Jelas ini menggambarkan RUSAKNYA POLA PEMAHAMAN ATAS STRUKTUR REALITAS ATAU SISTEM KONSEKUENSI. Hubungan sebab akibat menjadi tidak linear. Asas kebenaran menjadi tidak runtut lagi.
MAS KUMITIR: Ya … Tabiat batara kala adalah kelaparan (maknanya adalah menggeloranya hawa nafsu yang tidak terkendali) yang tidak pernah terpuaskan, padahal tentunya jatah itu sangat amat terbatas. Disinilah uniknya upacara ruwatan, yang mengandung makna penuh SIMBOL DAN LAMBANG.
WONGALUS: Mereka yang menjadi korban batara kala, yaitu mereka yang menjadi obyek. OByek ini pada dasarnya tidak berada pada posisi himpunan yang seimbang.
MAS KUMITIR: begitulah yang terjadi… misalnya anak ontang anting/tanpa kakak adik dan cenderung montang manting, tanpa teman terputus dari himpunan sosial.
WONGALUS: Setiap satuan, substansi, tentu tidak bisa kita pahami terlepas dari kedudukannya dalam teks dan konteks. Mereka inilah obyek sasaran kala karena tidak berkedudukan sebagai SUBYEK.
MAS KUMITIR: Mereka ini disebut sukerta dan memerlukan ruwatan, BUKAN TERUTAMA UPACARANYA MELAINKAN PENGHAYATANNYA ATAS PESAN TERSEMBUNYI DI BALIKNYA. Kiranya hal ini menjadi pelajaran berharga agar jangan sampai tidak titis dalam OLAH MANAH sehingga segala sesuatunya selamat dunia akhirat, awal akhir lahir batin.
WONGALUS: Salah satu syarat menjadi dalang ruwat adalah memiliki sifat KANDA BUWONO yaitu wisnu.
MAS KUMITIR: Wisnu itu sosok kearifan hidup yang paham makna kelanggengan sesuai dengan ungkapan sambat sebutnya Iwang Suksma Adi Luwih Hong Buwono Langgeng…. ingat hakekat rajah kalacakra…
WONGALUS: Rajah kala cakra pada hakekatnya merupakan lawan/negasi dari sesuatu yang negatif akibat kesalahan struktur dan fungsi, pemulihan makna kelanggengan, agar seimbang dengan pengalaman spasial kita. Makin paham atas kelanggengan, kita makin mengalami keluasan spasial yang pada akhirnya menjadi bulatnya lahir batin, awal akhir, spasial temporal.
MAS KUMITIR: Dalam upacara ruwatan kita dikenalkan beberapa macam sukerta yaitu jatah makanan batara kala. Sukerta pada hakikatnya ialah mereka yang menjadi obyek penderita yang dengan upacara ruwatan diharapkan akan mengalami koreksi total, dikembalikan sebagai subyek pelaku. Kenapa manusia bisa beralih fungsi menjadi obyek penderita?
WONGALUS: Pergantian fungsi itu terjadi karena KACAUNYA STRUKTUR PANGKAL DAN PENDUKUNG NILAI ATAU RUSAKNYA POLA KONSKUENSI, yang berakar pada kesalahan pemahaman atas hakikat waktu yang ditandai dengan pencarian kemudahan di muka dan kesulitan di belakang. Sebagaimana dilambangkan oleh ‘pecahan’ atau kepingan kala, yaitu hewan yang berbisa pada ujungnya misalnya kala bang, kala jengking, kala menthel, kala sundep atau sesuatu yang berwatak menjerat seperti laso.
HUKUM SEBAB AKIBAT: BERSAKIT-SAKIT DAHULU BERSENANG-SENANG KEMUDIAN. DIBALIK AKAN MENJADI: BERSENANG-SENANG DAHULU BERSAKIT-SAKIT KEMUDIAN.
Mereka yang sudah kacau dan hidupnya rusak karena sistem konsekuensi atau pola hubungan sebab akibatnya tidak beraturan akan membuat rusak pula struktur pemahaman atas realitas atau kenyataan sehingga menjadikan seseorang itu sasaran waktu; MANGSA BATARA KALA.
MAS KUMITIR: RAKSASA; jegang percaka belah, iblis laknat jeg jegan. SATRIA; Jagad dewa batara, ora jagad pramudita. KSATRIA PINANDITA; Iwang suksma adi luwih hong buwono langgeng. Maka, seseorang itu bisa AMBEG ANGKARA MURKA nya atau ambeg sinatriya apabila bergantung pada sistem sambat sebutnya atau ‘ambeg’annya.
WONGALUS: Itulah MAKNA BELA DIRI SESEORANG. Nah, agar kita bisa TITIS NITIS TETES NETES maka kita harus mengendarai burung kita setelah TRIWIKRAMA menjadi burung GARUDA lalu menguasai ula-ula sejalan dengan lakon anoman duta: mencapai pohon NAGASARI. Anoman adalah lambang sperma. Orientasi awal sebelum getaran kehidupan merambat ke sungsum nadi. Sebagaimana disampaikan Sri Rama ketika bertemu Anoman.
MAS KUMITIR: Kuneng lingnya Ramandyapati, hangandika Sri Batara Rama, Heh bebakal sira kiya, gampang kalawan ewuh, yekti hana ing hakardi, yen waniya ing gampang, wediya ing kewuh, sabarang nora tumeka, yen antepan gampang ewuh dadi siji, ing purwa ora hana.
WONGALUS: ENGKAU ADALAH PENENTU BAGI KETENTUANMU NANTI. MUDAH DAN SUKAR ITU MELEKAT PADA DIRIMU. APABILA BERANI KEPADA HAL-HAL MUDAH DAN TAKUT HAL-HAL SULIT MAKA TIDAK ADA PENCAPAIAN APAPUN. APABILA ADA KEMANTAPAN, KESULITAN DAN KEMUDAHAN ITU SATU KESATUAN YANG DAHULU KALA TIDAK ADA.
MAS KUMITIR: Diruwatnya rukmuka dan rukmala di gunung candra muka oleh bima sehingga kembali menjadi Batara Indra dan Batara Bayu memperjelas MAKNA FILOSOFIS UPACARA RUWATAN.
WONGALUS: Sepakat…. YAITU AGAR SUBYEK YANG MENJADI OBYEK DIKEMBALIKAN KEDUDUKANNYA SEBAGAI SUBYEK PENDUKUNG NILAI-NILAI KEHIDUPAN YANG IMANEN SEKALIGUS TRANSENDEN.
MAS KUMITIR: Hukum alam, hukum sebab akibat sesuai dengan logika. Subyek itu adalah manusia yang plus, yaitu MEMILIKI KEMAMPUAN MEMBACA BERPIKIR SERTA BERPERILAKU YANG TERPUJI DI JALAN YANG LURUS yang berkebulatan sebagaimana dalam sejarah mulai Adam s/d Isa dan risalah Muhammad SAW sebagai intisari kelurusan dan kebulatan tersebut.
WONGALUS: Alam ini berdiri di atas prinsip kepercayaan. Kita percaya kalau kita menanam biji mangga akan tumbuh pohon mangga dan berbuah mangga. Kita percaya kalau menanam kebaikan akan tumbuh pohon kebaikan dan berbuah kebaikan. Itulah system kepercayaan kita yang memuncak sebagai IMAN. Tetapi kepercayaan atau keimanan kita itu hanya akan membuahkan kebenaran melalui amalan sholeh yaitu amalan menanam biji kebenaran yang membuahkan kebenaran asal kita SABAR.
MAS KUMITIR: Oleh sebab itulah ada istilah Filsafat SATUS, manusia harus memiliki kekuatan untuk sabar mengolah hidupnya. HIDUP HARUS DISAT (dikosongkan sekosong-kosongnya) DARI SEMUA KENIKMATAN KEINGINAN dan DI TUS (sampai tetes keringat perjuangan yang terakhir)
WONGALUS: Kalau sudah di SATUS, maka wadah akan menjadi bersih dan kering, berkilau dan bersinar. Berkah apapun, bacaan doa apapun, ilham apapun, semua yang kita dapat, kita lihat, kita dengar akan dengan mudah meresap dan menjadi ILMU DAN PASTI ADA KEMANFAATANNYA. HIDUP MENJADI PENUH SYUKUR.
MAS KUMITIR: ini kunci… sedulur sedulur yang mau mengamalkan amalan ilmu, asmak, hizib, ajian apapun di Blog KAMPUS WONG ALUS maka agar bisa meresap dan sempurna lakukan FILSAFAT SATUS tersebut.
WONGALUS: QOBILTU memang demikianlah seharusnya kita berproses mendaki……………..

Comments

Popular posts from this blog

Mantra hipnotis merangsang wanita jarak jauh dan dekat paling ampuh

Mantra mrmbuat Orgasme wanita

Ayat Pucuk APi Neraka Jahanam