Hakikat Ilmu Bela Diri
HAKIKAT BELA DIRI
Ribuan
anggota perguruan pencak silat Pagar Nusa di Kabupaten Bojonegoro, Jawa
Timur, Jumat (15/1) sekitar pukul 21.00 WIB, mengamuk dan mengakibatkan
tiga orang mengalami luka bacok dan pukul. “Kami masih mengusut
motivasi kejadian pemukulan yang dilakukan anggota perguruan pencak
silat Pagar Nusa yang mengakibatkan sedikitnya tiga orang mengalami
luka-luka,” kata Kapolres Bojonegoro AKBP Agus Saripul Hidayat. Mereka
yang menderita luka bacok pada kepala dan tubuhnya yaitu Ariyanto (22)
warga Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Heru dan Kaswan, keduanya warga
Desa Sukowati, Kecamatan Kapas yang mengalami luka pukul dan bacok pada
tangannya.
Ketiga
korban itu masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sosodoro Djatikoesoemo. Menurut Agus, rombongan anggota perguruan
pencak silat dari Pagar Nusa berangkat dari arah barat menuju kota
Bojonegoro untuk mengikuti acara “suroan” yang digelar kelompok
perguruan pencak silat itu. Di sepanjang jalan antara Kecamatan Balen
hingga Kecamatan Kapas, seperti di Desa Sukowati dan Mojodeso, rombongan
yang menumpang dua truk dan mengendarai ratusan kendaraan bermotor roda
dua itu langsung menghajar dengan pentungan dan golok terhadap siapa
pun yang ditemui di jalan.
“Tangan
kanan Kaswan menderita luka bacok, sedangkan saya terkena pentungan pada
kepala,” kata Heru. Sementara itu, seorang warga Desa Mojodeso,
Kecamatan Kapas, Sumadi (54) mengatakan dirinya mendapatkan kabar bahwa
anaknya, Ariyanto dikeroyok sejumlah orang di antaranya bersenjata golok
ketika sedang bermain di tepi jalan.
“Anak saya
ketika itu sedang bermain di tepi jalan dengan teman-temannya,” katanya
ketika ditemui di RUSD Sosodoro Djatikoesoemo sedang menungui anaknya
yang pingsan dengan luka bacok di kepala. Dalam kejadian tersebut
petugas kepolisian yang diturunkan berhasil mengamankan sebuah plat
kendaraan bermotor roda dua. Menurut Agus, upaya pengamanan saat ini
dilakukan dengan mengerahkan ratusan petugas untuk menjaga sepanjang
jalan yang baru saja dilewati rombongan anggota perguruan pencak silat
tersebut. Diperkirakan anggota perguruan pencak silat yang datang ke
gedung Serbaguna jumlahnya ribuan orang. “Mereka malam ini (Jumat
malam) berkumpul di gedung Serbaguna, dan kami terus mengusut kejadian
itu untuk menangkap pelakunya,” katanya. Setelah adanya kejadian
tersebut, warga di sepanjang jalan raya Bojonegoro – Surabaya di
Kecamatan Kapas hingga Balen, hingga Jumat malam masih siaga bersama
petugas dari Polres dan Brimob Bojonegoro.
PENDEKAR SEJATI
Membaca berita dari ANTARA di atas, terus terang membuat kita semua prihatin. Sebagai pendekar, tidak seharusnya mereka mengamuk dengan alasan apapun. Mereka harus pandai-pandai untuk menguasai emosi dan nafsu marah yang membabi buta. Tidak sepatutnya pendekar menggebuki warna masyarakat dengan alasan apapun. Warga masyarakat harus dilindungi, diayomi, dibela. Bahkan ketika mereka salah paham pun, harusnya para pendekar itu memaklumi dan hanya boleh “menangkis” tidak boleh aktif “memukul” atau balik melakukan serangan.
Membaca berita dari ANTARA di atas, terus terang membuat kita semua prihatin. Sebagai pendekar, tidak seharusnya mereka mengamuk dengan alasan apapun. Mereka harus pandai-pandai untuk menguasai emosi dan nafsu marah yang membabi buta. Tidak sepatutnya pendekar menggebuki warna masyarakat dengan alasan apapun. Warga masyarakat harus dilindungi, diayomi, dibela. Bahkan ketika mereka salah paham pun, harusnya para pendekar itu memaklumi dan hanya boleh “menangkis” tidak boleh aktif “memukul” atau balik melakukan serangan.
Kejadian
pendekar ngamuk dan tawuran seperti ini tidak terjadi sekali ini saja.
Sangat sering antar pendekar perguruan silat tawuran di berbagai kota di
Jawa Timur dan kota-kota yang lain. Ini adalah cermin dari kurang
dipahaminya hakikat ILMU BELA DIRI. Apa hakikat bela diri?
Sesungguhnya
ILMU BELA DIRI INI ADALAH ILMU MEMBELA DIRI SEJATI DARI SERANGAN DIRI
YANG TIDAK SEJATI. Jadi musuh utama manusia bukan terletak di luar
dirinya. Musuh utama manusia adalah dirinya sendiri. Inilah yang harus
diperangi sepanjang hayat di kandung badan. Inilah JIHAD AKBAR yang
harus terus menerus dilembagakan di berbagai perguruan bela diri. Dari
filsafat tombak kita akan tahu betapa musuh sejati manusia adalah
dirinya sendiri. Prajurit pangkat rendah yang berlaga di medan tempur
peperangan masa lalu memegang tombak sangat panjang. Semakin tinggi
pangkatnya, tombaknya semakin pendek. Sedemikian hingga mereka yang
pangkatnya tertinggi sudah tidak memegang senjata lagi. Sebab musuh
sejatinya tidak berada di luar dirinya, namun berada di “dalam” akunya
sendiri. Di sinilah Iblis bersemayam. “SEMUA SUJUD KEPADAKU, KECUALI
IBLIS (AKU YANG TIDAK MAU SUJUD)”…
Gelar
pendekar tidak sembarangan disandang seseorang. Pendekar harus melalui
uji laku, uji nalar dan uji kebijaksanaan yang dahsyat. Para senopati
perang di jaman dulu tidak hanya berteori dengan menguasai banyak ajian
dan menang di medan perang dengan menaklukkan musuh-musuhnya saja
melainkan juga diuji dengan perang melawan dirinya sendiri. Saat diuji
perang melawan dirinya sendiri inilah, kebanyakan para pendekar di masa
lalu GAGAL. Sejarah masa lalu bumi nusantara ini dipenuhi oleh banyaknya
pendekar yang egois dan gagal. Ya, sejarah kita adalah sejarah yang
dipenuhi dengan banjir darah penaklukan pihak luar namun tidak mampu
mengalahkan dirinya sendiri.
Ada
sebuah petuah jawa yang sungguh agung: Dalané guno lawan sekti, kudu
andhap asor. Wani ngalah dhuwur wekasané. Arti bebasnya, kalau ingin
menjadi orang sakti, harus pandai-pandai untuk merendah sebab berani
mengalah akan meninggikan derajat kemanusiaan seseorang.
Tidak perlu
marah bila dicaci maki, tidak perlu dendam bila dihina, tidak perlu
memperturutkan hawa nafsu agar diakui sebagai pemenang, kita tidak perlu
semua itu… Yang kita perlukan sekarang ini adalah bagaimana kita mampu
menjadi pendekar yang menang melawa diri ego kita yang tidak sejati. AKU
SEJATI harus mampu menjadi pengendara kendaraan tubuh fisik biologis
kita. Kesadaran fisik harus tunduk pada kesadaran jiwa, dan kesadaran
jiwa harus segaris dengan kesadaran rasa sejati. Untuk para saudaraku,
semua pendekar di bumi nusantara: Menahan diri adalah kunci memenangkan
peperangan. Musuh sejatimu adalah dirimu sendiri.
Comments
Post a Comment
tuliskan komentar anda untuk tanya jawab seputar ilmu di atas dan juga silakan menjawab komentar sedulur yang kira2 bisa menjawab isi komentar yang sudah ada.
terima kasih..