Mempelajari Akal Dan Jejak Tuhan
AKAL DAN JEJAK TUHAN
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
Apakah
bila semakin cerdas orang akan bisa mengenali dan mengakui keberadaan
Tuhan? Atau sebaliknya semakin bodoh maka orang semakin tidak mampu
mengenali bayangan jejak-jejak Tuhan? Kami tergelitik untuk menanyakan
hal ini karena jaman kita diliputi oleh semangat memaksimalkan peranan
kecerdasan otak, tidak hanya di lingkungan lembaga pendidikan formal
tetapi juga sampai di sel terkecil hubungan sosial manusia yaitu
keluarga.
Tidak
bisa dipungkiri, dunia pendidikan saat ini harus merespon tuntutan
global untuk bersaing di era pasar bebas. Yaitu sebuah era yang ditandai
dengan semakin majunya teknologi karena kreativitas dan inovasi untuk
meraih keunggulan finansial dan ekonomi. Dunia pendidikan yang tidak
bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi global dipastikan akan
gulung tikar dan tidak lagi diminati oleh masyarakat.
Mereka
yang tidak kreatif dan inovatif akan juga dilibas jaman. Mereka akan
tersingkir dari bursa-bursa lowongan kerja dan kemudian tidak mampu
berbuat banyak untuk mengubah keadaan. Kemiskinan itu sangat tidak
nyaman sehingga wajar dan manusiawi bila orang berlomba-lomba untuk
mendapatkan kerja yang paling ideal dan paling banyak menghasilkan uang.
Bursa-bursa
kerja akan terus terbuka bagi mereka yang kreatif, profesional,
memiliki dedikasi dan integritas yang tinggi. Apalagi ditunjang dengan
pendidikan yang tinggi, bagus dan terkenal. Lihatlah iklan lorongan
pekerjaan di media massa. Rata-rata mensyaratkan agar pelamarnya berasal
dari perguruan tinggi yang terkenal (ada jaminan otaknya encer?), usia
muda, berpenampilan menarik dan sukur-sukur berwajah cantik.
Begitulah,
kecerdasan otak menjadi hal yang wajib untuk dipenuhi oleh jaman
nanoteknologi saat ini. Dan dalam psikologi, kecerdasan otak memiliki
standar yaitu Intelligent Quotient (IQ). Rumus IQ adalah IQ = MA/CA x
100%. MA adalah Usia Mental dan CA adalah usia kronologis. Semakin
tinggi Usia Mental dibanding dengan Usia Kronologis maka IQ orang
tersebut akan tinggi dan semakin cerdaslah orang tersebut.
Banyak
dijumpai saat ini anak jenius, yaitu anak yang usia mentalnya melebihi
usia kronologis anak sebayanya, gaya bicara dan berpikirnya seperti
orang tua, bahkan banyak yang sudah hapal Kitab Suci. Tapi banyak pula
lahir anak idiot, yaitu anak yang usia mentalnya tertinggal dibanding
usia kronologis teman-teman sebaya mereka.
Boleh
dikatakan abad 21 adalah abad dimana otak telah dijadikan pusat
orientasi. Dengan Otak yang encer maka semua solusi hidup bisa
dipecahkan, namun sebaliknya dengan otak yang bebal maka solusi menjauh,
justeru yang datang adalah masalah demi masalah. Untuk mencapai
kebahagiaan dan kepuasan hidup maka tidak ada cara lai selain harus
mengasah ketajaman otak setajam-tajamnya.
Kita tidak menyangkal titik orientasi jaman yang sudah berubah ini.
Sejarah
membuktikan orientasi manusia telah bergeser dari alam semesta
(kosmosentrisme), dari Tuhan (teosentrisme), dari manusia
(antroposentrisme), untuk memasuki wahana bahasa (logosentrisme) yang
merupakan permainan artikulasi dan representasi dari isi otak dan
pikiran manusia. Logosentrisme memiliki ciri utama yaitu reperesentasi,
hanya wakil dari realitas. Bukan realitas itu sendiri sehingga yang
terjadi adalah realitas maya/jadi-jadian dan dibuat lebih (hiper).
Otak
memiliki kecenderungan untuk memilah, memilih, membedakan satu dengan
yang lain, mengkanalisasi setiap hal dalam kategori-kategori. Ini adalah
kegiatan menganalisa. Otak juga memiliki kemampuan yang hebat untuk
mensintesakan, menyimpulkan dari kegiatan menganalisa tersebut. Itulah
kedahsyatan otak yang terus menerus diasah di bangku-bangku lembaga
pendidikan modern dan tradisional, di pondok-pondok pesantren,
perguruan-perguruan, padepokan-padepokan dan seterusnya.
Pertanyaannya
sekarang apakah kepintaran selalu simultan/seiring/senyampang dengan
perkembangan ruhani untuk mencari hakekat dan jati diri individual untuk
kemudian akan bisa mendapatkan jawaban-jawaban tentang soal-soal
Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan, Kebebasan, Keadilan dan nilai-nilai
lain, dan seterusnya dan seterusnya. Bila sudah mendapatkan jawaban
apakah mereka akan semakin bijaksana dalam berperilaku dan berbuat?
Jawaban
sementara yang merupakan hipotesis saya sbb: TIDAK ADA JAMINAN. Banyak
orang pintar yang kreatif dan inovatif mengolah hidupnya, menguasai
banyak materi untuk memenuhi keinginan hidup (bukan kebutuhan hidup)
ternyata miskin dan tidak cerdas secara spiritual. Kemandirian dan
otonomi manusia bebas manusia untuk menyimpulkan SANGKAN PARANING DUMADI
ternyata tersingkir/tercampakkan untuk memenuhi hasrat manusia akan
materi yang dianggapnya sumber kebahagiaan. Manusia seperti ini akan
limbung dan berjalan tanpa arah serta tujuan hidup yang lurus. Ia tidak
mampu mengenali jejak-jejak kehadiran Tuhan baik yang ada dalam dirinya
sendiri (Mikrokosmos) dan juga yang ada di alam semesta (Makrokosmos)
Mari
kita amati. Kebetulan, sehari-hari saya bekerja melayani masyarakat
dari berbagai kalangan. Mulai yang hanya lulus SD, hingga tamat
perguruan tinggi strata dua. Jenis dan jenjang status sosial serta
pangkat dan derajat yang beragam pula. Apakah mereka yang berpangkat,
memiliki jabatan dan pendidikan tinggi ternyata memiliki jiwa
kemanusiaan yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya lulus SD? Tidak
bukan. Selanjutnya, tidak ada jaminan pula yang satu akan lebih tinggi
tahapan pencapaian spiritualitasnya.
Adalah
sangat tidak adil bila Tuhan ternyata mengistimewakan yang satu dan
bersikap pilih kasih. Bila Tuhan Maha Adil, maka dia akan menciptakan
manusia menjadi individu-individu sesuai dengan kapasitasnya dan
mengadili sesuai dengan kapasitasnya pula. Misalnya Tuhan menciptakan
individu bernama D dan dilahirkan ke dalam keluarga mampu. Sementara di
lain tempat dia menciptakan individu bernama S dalam keluarga yang tidak
mampu. Nasib selanjutnya kedua individu ini tentusaja sangat tergantung
pada batas-batas tertentu meskipun Sumber daya Manusia-nya sudah diolah
secara maksimal. Nah, apa dan bagaimana si individu tersebut berhasil
untuk menemukan jalan hidup yang sesuai dengan yang digariskan oleh-Nya,
terserah kepada individu itu sendiri. Ini tentu sebuah persaingan fair
berebut tiket menuju keabadian.
Mengolah
hidup tidak hanya dengan memakai akal, pikiran, rasio, otak kiri saja
namun juga perasaan, budi, otak kanan untuk mempertimbangkan benar
salah. Keduanya perlu dipertajam. Otak kiri dengan cara menganalisa,
otak kanan dengan cara merasa, meyakini, mempercayai. Bila keduanya
sudah diolah sedemikian hingga tercapai batas maksimal kecerdasan, maka
dia pasti akan menemukan apa yang dicari. Berat sebelah menggunakan dua
belah otak akan mengakibatkan stress, tertekan, dan bahkan bisa jadi
sakit mental.
Adalah sebuah pesan yang
perlu dipertimbangkan bahwa bila pikiran kita sedang suntuk maka
istirahatkan dengan rekreasi dan refreshing. Bila hati kita sedang
gundah dan putus asa maka segarkanlah dengan cara merasakan kedamaian
Tuhan. Berkomunikasi intensif sekaligus meminta pertolongan kepada Sang
Pemberi Hidayah. Mengenai bagaimana cara yang terbaik untuk
berkomunikasi? Terserah Anda.
Comments
Post a Comment
tuliskan komentar anda untuk tanya jawab seputar ilmu di atas dan juga silakan menjawab komentar sedulur yang kira2 bisa menjawab isi komentar yang sudah ada.
terima kasih..