Kekuatan Gaib Di Balik Upacara Adat
KI SABDALANGIT: KEKUATAN UPACARA ADAT
Upacara
adat kali ini merupakan sarana mengonsultasikan persoalan perusakan
warisan budaya kepada kekuatan jagad raya. Dan tak akan ada yang luput
dari mekanisme pengadilan alam. Mari kita lihat dan saksikan bersama.
Seperti diketahui, rencana pembangunan pabrik pengecoran baja di Desa
Jati Pasar dan Desa Wates Umpak, Trowulan diprotes berbagai elemen
masyarakat. Aktivitas pabrik seluas 36.728 meter persegi dan dampak
sosial ekonomi setelahnya dikhawatirkan merusak kelestarian situs
Majapahit yang tersebar di kawasan Trowulan.
Acara diawali sambutan oleh panpel KI
WONGALUS mengenai segenap persoalan industrialisasi di atas situs
Majapahit Trowulan dan segenap upaya yang telah dilakukan oleh berbagai
elemen masyarakat. Sambutan dilanjutkan dari KKS dan Ki Camat (Kepala
Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kab Sidoarjo) diteruskan untaian kalimat
sambutan dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam paguyuban
Safe Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku
Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, sesepuh adat Majapahit di
Trowulan, hadir pula sedulur-sedulur dari paguyuban Sanggar Pakeliran
Bojanegara, dan beberapa paguyuban dari Blitar dan Kediri. Sumpah Palapa
sang Mahapatih Gajah Mada pun dikumandangkan dengan lantang oleh
sedulur yang tergabung di dalam paguyuban Trah Majapahit, Majapahit
Wilwatikta. Acara demi acara berlangsung dengan khidmatnya serta berisi
ungkapan yang sungguh membuat haru dan menyadarkan kita ini sebagai
generasi bangsa yang musti mencintai NKRI, dan bangsa yang berbakti
kepada para leluhur perintis Nusantara, di antaranya sikap dan tindakan
menghormati situs sejarah sebagai pusaka warisan nenek moyang yang
mengandung nilai-nilai adiluhung. Kita semua sepakat, jika kita
benar-benar memahami sejatining urip dan tentang sangkan paraning dumadi,
maka tak ada satupun alasan untuk merusak situs sejarah peninggalan
nenek moyang bangsa Indonesia. Kecuali otak sudah dicuci dengan doktrin
kapitalisme maupun doktrin agama yang sama-sama berbahaya membuat
kehancuran di muka bumi.
Udara malam terasa semakin dingin menusuk
tulang, angin semakin kencang, namun rasa persaudaraan di antara semua
yang hadir malam itu sungguh telah menciptakan kehangatan dan
ketentraman. Kami berhayal seandainya Nusantara ini memiliki suasana
yang hangat dan tenteram seperti ini, alangkah indahnya, dan alangkah
makmurnya menjadi negeri yang diberkahi oleh alam semesta, sang
Jagadnata, Tuhan Yang Mahakuasa. Kami tiada pesimis sedikitpun, suatu
saat nanti pasti kan tiba waktunya Nusantara menjadi negeri yang adil makmur, gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja.
Karena kami melihat tanda-tanda kebenaran prediksi itu tiap hari
semakin jelas kejadiannya. Itu semua pelan-pelan terbukti, bukan sekedar
hayalan belaka.
Rembulan
purnama kian terang benderang memancar di langit sebelah timur, semakin
malam rembulan itu semakin ke atas. Dan tampaklah awan putih di angkasa
membuat konfigurasi garis lurus semakin lama melebar di samping centrum
cahaya rembulan. Pada saat kami semua dari berbagai elemen masyarakat
menaiki Candi Brahu untuk menghaturkan uborampe sebagai
“oleh-oleh” kepada para sedulur wadag maupun gaib yang menjaga Candi
Brahu, saat mata menengadah ke langit, persis di atas candi di
ketinggian sana mata kami menatap awan putih lurus dan lebar (tidak
sempat memotret dengan kamera) hingga tampak memenuhi sepertiga puncak
Candi. Ternyata fenomena itu menandakan kehadiran KRK yang turut hadir
pada malam itu.
Kami semua berkumul, sedulur-sedulur dari KKS, AAK,
KWA, Ki Camat. Dan dari berbagai elemen masyarakat seperti paguyuban
Save Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku
Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, abdi dalem dan juru kunci
Candi Brahu serta sesepuh adat Majapahit di Trowulan. Bahkan sedulur
titah alus lebih banyak hadir dibanding jumlah kami. Kami semua, titah
wadag maupun halus berkumpul di areal Candi Brahu dengan satu tujuan
yang sama. Yakni : selamatkan situs Trowulan, Selamatkan Majapahit,
Selamatkan Nusantara ! Kami yakin setelah mengkalkulasi secara
generalisir melalui berbagai media, masyarakat yang masih peduli dengan
nasib situs Majapahit jumlahnya jutaan orang. Biarlah kami berkumpul
tidak sampai puluhan ribu pada malam itu, tapi kami haturkan untuk
mewakili generasi bangsa yang masih peduli dan tidak rela jika situs
Trowulan dirusak dan diinjak-injak untuk sekedar alasan sepele, yakni
industrialisasi yang tak jelas untuk memakmurkan siapa.
Malam semakin larut, bau harum dan
beraneka aroma tercium di lubang hidung. Saat upacara adat dimulai, bau
harum semakin menyengat, udara dingin semakin menusuk tulang, angin
semakin kencang bertiup. Hingga tiba-tiba datang kabut putih dan tebal
sekali, suasana berubah menjadi lengang, angin berhenti dan berubah
menjadi keheingan yang sunyi senyap, pada saat acara ritual telah
selesai. Tampak berbagai wujud, mungkin jumlahnya ribuan hadir bersama
dalam acara itu. Mereka adalah saudara kita sesama titah Gusti Sang Jagadnata. Sudah selayaknya kita saling menghormati dan menghargai, saling berbagi rasa welas asih.
Buang rasa permusuhan dan kebencian, sirnakan prasangka dan stigma
buruk bahwa mereka adalah mahluk jahat. Yang jahat bukanlah mereka,
melainkan apa yang ada dalam prasangka buruk bangsa manusia sendiri.
Pada malam itu, secara spontan panpel menerima telepon langsung dari Ketua Bupati Seluruh Indonesia (APKASI) Ir. H. Isran Noor M.Si
yang berkenan menyatakan sikapnya sbb : Kepada seluruh elemen
masyarakat yang hadir, kami sangat apresiet atas segala daya upaya untuk
melindungi situs sejarah Majapahit yang mengandung nilai adiluhung itu.
Kami akan membantu perjuangan saudara-saudara sekalian melalui upaya
konstitusional kepada Menteri terkait dan Bapak Presiden agar mengambil
kebijaksanaan untuk melindungi situs Majapahit dan semua situs sejarah,
bahkan tidak hanya di Trowulan tetapi juga situs-situs baru yang baru
diketemukan yang tersebar diseluruh Indonesia baru-baru ini. Jika ingin
menjadi bangsa besar, mulai sekarang kita harus menghargai hasil karya
para pendahulu kita, salah satu wujud sikap menghargai itu adalah
melindungi situs sejarah bangsa. Seperti kalimat Bung Karno, jasmerah!
Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Demikia Isran Noor menyampaikan supportnya kepada perjuangan ini.
Apapun alasannya industrialisasi yang
dibangun tepat di atas situs Majapahit sebagai cara pandang yang
terbalik dalam menempatkan prioritas kepentingan. Apakah industrialisasi
itu layak disebut sebagai upaya membangun ekonomi rakyat, menciptakan
lapangan kerja, memajukan kesejahteraan masyarakat. Terkesan alasan itu
hanya sekedar bulshit yang dicari-cari saja. Atau mungkin para
industrialis dan pejabat setempat malah sudah kerasukan pola pikir
sempit dan picik berdasarkan anggapan bahwa semua yang berbau situs
sejarah dinilai sumber kemusyrikan, lantas menjadi sah dan halal jika
digilas dengan penghancuran maupun industrialisasi kapitalisme yang
kenyataannya lebih berhala ketimbang menyembah batu hitam. Saya pun
sah-sah saja menuduh para industrialis dan pejabat setempat sebagai
tindakan haram karena telah menginjak-injak martabat dan nilai sejarah
yang adiluhung para perintis bangsa, para leluhur yang mewariskan tanah
perdikan yang sampai hari ini mereka tinggali sebagai tempat mencari
makan. Tidur, berak, makan, cari uang pun kenyataannya masih di wilayah
pusaka warisan leluhur bangsa, tapi mereka menghina dan menginjak-injak
simbol harga diri dan warisan nolai luhur sang pewaris. Itu yang
dinamakan generasi durhaka. Lihat saja, tak ada orang yang selamat jika
mendurhakai orang tua dan para leluhurnya sendiri. Apalagi bagi mereka
yang hanya menumpang hidup di Nusantara, jelas-jelas sebagai tamu, tapi
bertingkah mbagekake (mempersilahkan) yang punya rumah. Nasib apa yang akan mereka alami ?
Berbagai elemen masyarakat telah berusaha
mengentikan rencana industrialisasi di atas situs Majapahit, tapi
mereka tetap tak bergeming, teguh dalam membutakan hati, mata, dan
telinga, bahkan tampak tiang pancang bangunan pabrik baja mulai
didirikan. Oke…kalau begitu, kami lakukan ritual upacara adat sebagai
bentuk local wisdom untuk memberikan jawaban terakhir jika segala
daya upaya untuk menyadarkan suatu kenekadan dan tindakan yang salah,
ternyata tidak juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Kami hanya
mewakili generasi penerus bangsa yang masih merasakan manfaat situs
Majapahit, generasi bangsa yang masih menghormati para leluhurnya. Kami
mewakili generasi bangsa untuk mengadu dan memohon, agar para leluhur
dan kekuatan alam semesta ini yang akan menyelesaikan konflik dan
persoalan industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan. Boleh
saja mereka ketawa dan kacak pinggang melihat apa yang kami lakukan.
Tapi kita semua akan menjadi saksi, lihat apa yang akan terjadi !!
Rasakan dan terimalah rasa welas asih
kami, sebagai sesama bangsa Indonesia kami masih menyayangi kalian para
pejabat dan industrialis di situs Majapahit. Kami mohon dengan
sangat, dengarkan semua aspirasi berbagai elemen masyarakat. Perhatikan
Perda, dan UU tentang perlindungan situs sejarah. Undang-Undang RI Nomor
5 Tahun 1984, tentang Industri; Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010,
tentang Cagar Budaya; Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012, tentang
Rencana Ruang Pulau Jawa-Bali; Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Kebudayaan RI Nomor PM.105/UM.001/MKP/2010, tentang Perubahan pertama
atas Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun
2010-2014; Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2010-2014; Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031; RAPERDA Kabupaten Mojokerto Nomor
xxx Tahun xxx, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto
Tahun 2011-2031. Silahkan mau mengembangkan industrialisasi, kami
dukung jika memang bisa meningkatkan kemakmuran bangsa, dan masyarakat
setempat. Tetapi pertanyaan kami apakah sudah tidak ada lagi lahan
lainnya selain lahan situs penting Majapahit ? Jika tetap ngotot
bisa saja orang mulai berfikir, jangan-jangan tidak sekedar mendirikan
pabrik baja, tetapi di dalamnya areal tanah terdapat harta warisan
Majapahit ? Semua tidak menutup kemungkinan apalagi daerah situs
Trowulan memang selalu diselimuti halimun.
Dengarkan kata-kata bijak kami dan aspirasi semua elemen masyarakat. Jika tidak…..ya sudah. Nas..tali pati ! Mumpung
masih ada waktu 7 sampai 35 hari. Sekali lagi wahai para industrialis
dan pejabat semua yang terkait industrialisasi di atas situs Majapahit
di Trowulan, gunakan sisa waktu itu untuk berfikir ulang dan
memperhatikan aspirasi masyarakat. Jika tidak, penyesalan di kemudian
hari sudah tak berguna lagi. Bukan kekuatan kami yang akan memberikan
keadilan, melainkan kekuatan hukum alam, hukum tata keseimbangan kosmos
yang akan mengadili semua secara proporsional dan seadil-adilnya. Hukum
alam tak pernah menyisakan secuilpun ketidak adilan. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.
Kami ucapkan rasa hormat yang
setinggi-tingginya kepada sedulur-sedulur yang sudah datang ke lokasi
jauh-jauh dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Jateng, Surabaya, Sidoarjo,
Kediri, Blitar, Bojanegara, Gresik, Lumajang dan berbagai tempat
lainnya. Alam semesta, para leluhur dan titah alus, mencatat semua amal
kebaikan panjenengan semua. Amal kebaikan panjenengan semua itu akan
menjadi pagar gaib yang membenti Anda dari segala macam kekuatan jahat.
Dan alam semesta akan selalu berpihak pada rencana dan usaha Anda yang
positif dan berguna untuk orang banyak. Mari lakukan sesuatu yang
bermanfaat utuk generasi yang akan datang., anak cucu kita, darah daging
kita sendiri. Asah Asih Asuh. Jayalah Nusantara.
Comments
Post a Comment
tuliskan komentar anda untuk tanya jawab seputar ilmu di atas dan juga silakan menjawab komentar sedulur yang kira2 bisa menjawab isi komentar yang sudah ada.
terima kasih..