Fungsi Makrifatmu Dan Makrifatku
MAKRIFATMU DAN MAKRIFATKU
Ketika
Musa sedang berjalan, ia mendengar seorang penggembala sedang berdoa
sambil meratap. “Oh Tuhan di manakah gerangan Engkau, karena aku ingin
melayani-Mu dan menjahitkan sepatu-Mu, dan menyisirkan rambut-Mu. Aku
ingin mencucikan baju-Mu, membunuh kutu kepala-Mu dan membawakan susu
untuk-Mu, oh duhai Maha Terpuji.”
Mendengar kata-kata yang dianggap bodoh
tersebut, Musa membentak, “Kepada siapa kamu berbicara? Betapa kata-kata
itu tidak bermakna; memalukan dan liar! Sumbat mulutmu dengan kapas!…
Tuhan yang Maha Agung tidak memerlukan pelayanan seperti itu.” Sang
penggembala menjadi amat kecewa dan sedih, dan ia merobek bajunya sambil
pergi ke arah yang tidak menentu.
Kemudian datang wahyu Tuhan kepada Musa.
“Kamu telah memisahkan hamba-Ku dari Aku…Aku telah anugerahkan kepada
setiap manusia cara berdoa masing-masing; Aku telah berikan cara khusus
kepada masing-masing untuk menunjukkan cinta. Bahasa yang digunakan oleh
orang Hindustan adalah sangat indah bagi pemeluk Hindu, begitu pula
bahasa Sindhu yang amat indah bagi pemeluk Sindhu.
Aku tidak melihat pada ucapan lidah,
tetapi Aku melihat ke dalam sanubari dan perasaan terdalam hati manusia.
Aku melihat ke dalam hati manusia untuk melihat apakah ada
kerendahhatian, walaupun ucapannya tidak menunjukkan demikian. Cukuplah
sudah segala macam ungkapan dan metofora! Aku menginginkan hati yang
membara dengan api cinta, hati yang membara! “
(Do’a Seorang Gembala oleh Jalaluddin Rumi).
***
Assalamu’alaikum wr wb. Apa hakekatnya syahadat? Konon syahadat merupakan kesaksian atas keberadaan Tuhan. Kesaksian hasil dari keimanan dan juga hasil menyaksikan keberadaan Tuhan. Menyaksikan keberadaan Tuhan tentu saja tidak hanya melalui mata, telinga atau panca indera lahir namun juga batin (mata hati yang penuh cinta) sebagaimana yang tercermin dalam prolog Rumi di atas. Selain itu, kesaksian juga asalnya adalah akal budi.
***
Assalamu’alaikum wr wb. Apa hakekatnya syahadat? Konon syahadat merupakan kesaksian atas keberadaan Tuhan. Kesaksian hasil dari keimanan dan juga hasil menyaksikan keberadaan Tuhan. Menyaksikan keberadaan Tuhan tentu saja tidak hanya melalui mata, telinga atau panca indera lahir namun juga batin (mata hati yang penuh cinta) sebagaimana yang tercermin dalam prolog Rumi di atas. Selain itu, kesaksian juga asalnya adalah akal budi.
Pada kesempatan kali ini, ijinkanlah kami
mengungkapkan sebuah bahan untuk didiskusikan khususnya soal filsafat
ketuhanan agar kita semua menjadi semakin bijaksana. Semoga diskusi
seherhana ini benar-benar diskusinya para ahli hikmah (hakekat/esensi)
sepanjang masa. Amin.
Kami mulai dengan sebuah pernyataan
sederhana. Apakah gula itu manis? Kalau gula itu jawabannya manis. Maka
pertanyaan selanjutnya adalah kenapa gula itu manis? Jawabannya adalah
karena indera lidah kita merasakan manisnya gula. Kalau kita tidak
memiliki lidah, tentu saja semanis apapun gula maka kita tidak akan
mampu merasakannya. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana asal mulanya
syaraf lidah mendeteksi rasa manis tersebut? Pada tahap ini, kita
memasuki dimensi metafisis dari rasa.
Pertanyaan kedua, apakah yang ada itu?
Apakah yang ada itu karena kita ada? Darimana adanya kita? Dari adanya
sesuatu yang lain. Begitu juga dengan saya dan anda. Adanya kita berasal
dari adanya orang tua kita. Orang tua kita berasal dari adanya kakek
dan nenek kita. Begitu seterusnya hingga akan sampai ke pemahaman
metafisis juga. Bahwa penyebab adanya manusia adalah manusia pertama
yang ada di bumi ini. Dari mana asalnya manusia pertama itu ada? Dari
ada yang tidak bisa disebabkan oleh ada yang lain yang menjadi penyebab
pertama adanya segala sesuatu (causa prima), Sang Maha Pencipta yang
tidak diciptakan kembali dan selanjutnya. Akal kita adalah alat yang
hebat untuk melakukan penalaran. Kita paham dan memahami hal ini.
Namun silahkan diteruskan penalaran kita
ini. Kok bisa tahu kalau adanya kita ini berasal dari Tuhan, Sang Ada
yang mutlak tersebut? Lha wong kita tidak pernah melihat dengan mata?
Apakah alat yang bisa kita gunakan untuk mengakui dan meyakini
keberadaan Tuhan? Kenapa kita bisa yakin bahwa Tuhan itu benar-benar
ada? Ya, meskipun kita tahu Tuhan itu ada namun kita tidak boleh sok
tahu karena Tuhan tidak memperkenankan kita untuk sok tahu. Bukankah DIA
juga Maha Berkehendak? Apakah Tuhan tidak bisa meniadakan diri-NYA agar
manusia tidak tahu? Tentu saja kalau Tuhan Maha Segalanya, maka DIA
bebas melakukan apa saja termasuk meniadakan dirinya. DIA juga memiliki
sifat apapun yang tidak hanya 99 nama (Asmaul Husna). Asmaul Husna
hanyalah peta manusia yang akalnya terbatas ini untuk memahami betapa
luar biasanya DIA. Jelas DIA memiliki lebih dari 99 sifat dan nama, 999
nama, 9999 nama, 9999999 nama, bahkan 999999999999999999 nama dan
seterusnya… Bukankah ilmu kita ini hanyalah setitik air di tengah
samudra Ilmu-NYA yang tidak punya batas? Oleh karena itu, marilah kita
membuat bagan sederhana tentang yang ada.
Dalam khasanah metafisika, setidaknya
kita mengenal bahan tentang ada sebagai berikut. Pertama, ada subyek.
Adanya “aku” sebagai subyek dimana kita menyadari adanya kita. Kedua,
ada obyek. Subyek ini mengakui adanya sesuatu diluar dirinya. Ada
kucing, ada bumi, ada langit. Ketiga, ada pada dirinya sendiri (ada
an-sich). Ada diluar diri manusia dan pada pangkal sang subyek ini
mengenali ada an-sich ini berarti ada an-sich itu sudah menjadi ada
obyek. Sebab benar-benar ada an-sich ini tidak bisa dikenali oleh
subyek.
Pertanyaan lanjutan adalah Tuhan ini
berada di dalam ada yang mana? Apakah ada subyek? Ada obyek? Atau ada
an-sich? Kembali ke soal syahadat tadi. Kita sebagai orang beriman yakin
bahwa prinsip universal tertinggi adalah syahadat La Ilaha Ilallah:
TIADA ILAH/YANG PATUT DISEMBAH KECUALI ALLAH. Nah, tentu saja keimanan
itu tidak bisa muncul begitu saja dari mulut. Namun benar-benar harus
dihayati dengan seyakin-yakinnya yang sumbernya adalah pengalaman
sehari-hari. Selanjutnya, diimplementasikan dalam laku perbuatan
sehari-hari. Yang paling sulit adalah bagaimana yakin itu bisa muncul?
HIDAYAH/PETUNJUK-NYA memang datang tiada disangka-sangka dan bisa
berasal dari jalan mana saja. Namun kita tidak boleh berpangku tangan
menunggu datangnya hidayah/petunjuk-NYA ini. Semuanya perlu usaha aktif
dari manusia.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa apa yang
kita “saksikan” terhadap ada-NYA ini bermacam-macam. Kesaksian kita
terhadap kebesaran gunung pun bisa beragam. Bisa jadi pendapat dan apa
yang disaksikannya pun berlainan. Sama seperti orang buta meraba gajah.
Ternyata gajah itu seperti A, itu karena dia meraba kakinya. OO.. gajah
itu seperi B, itu karena dia meraba telinga gajah, gajah itu seperti C,
itu karena dia meraga bagian ekornya. Nah, kita tahu bahwa Allah SWT
MAHA BESAR, Besarannya bisa kualitatif dan betul betul kuantitatif,
wallahu a’lam. Nah, bila pendapat pendapat ini dikumpulkan semoga akan
terkumpul sebuah mosaik tentang kebesaran-NYA yang lebih utuh.
Salah satu usaha aktif untuk mendapatkan
kesaksian adalah melalui cara berdiskusi, berguru, bertanya jawab. Hal
ini cukup penting mengingat setelah periode kerasulan yang diakhiri oleh
Muhammad SAW, maka kita diharapkan untuk berguru dan berdiskusi satu
sama lain untuk mencapai derajat waliyullah (wali, utusan-NYA dan kita
semua ini pada hakekatnya adalah utusan-NYA. Setiap manusia diutus untuk
menjadi penyampai atau penyambung lidah risalah-NYA. Kita Alhamdulillah
diberi akal dan hati nurani, dan memiliki pendapat tentang ADA-NYA ini.
Silahkan memberikan pemahaman dan saling berbagi terhadap soal-soal
kesaksian /menyaksikan ada-NYA (bermakrifatullah) ini. Bagaimana cara
mendapatkan kesaksian (syahadat) ini? Dan seterusnya. Terima kasih dan
wassalamualaikum wr wb.
Pikiran bagaikan keledai di lumpur, senantiasa gagalMenerangkan apakah yang disebut cinta
Cinta sendirilah yang dapat menerangkan apa itu cinta
Bukankah seperti matahari, hanya matahari itu sendiri
Dapat menjelaskan apa itu Matahari
Ketahuilah, wahai kau yang ingin mengetahui
Segenap bukti yang kaucari sudah ada di Sana.
Comments
Post a Comment
tuliskan komentar anda untuk tanya jawab seputar ilmu di atas dan juga silakan menjawab komentar sedulur yang kira2 bisa menjawab isi komentar yang sudah ada.
terima kasih..